Perkenalan
saya dengan Maya, seorang pramugari udara di suatu perusahaan
penerbangan nasional, terjadi dalam perjalanan panjang dari Jakarta
menuju Jayapura. Saat itu tengah malam, saya berusaha keras untuk
sekedar memejamkan mata, beristirahat sejenak menghilangkan kantuk agar
bisa melaksanakan tugasku sampai di kota tujuan. Kursi empuk berlapis
kulit di kelas bisnis pesawat Boeing 737 itu, tidak mampu memberikan
kenyamanan yang saya butuhkan. Walau bagaimanapun, kursi itu dirancang
sebagai tempat duduk, bukan tempat untuk berbaring dan tidur.
Baru
akan terlelap, kurasakan guncangan lembut di kursi saya. Seseorang
duduk menghempaskan dirinya ke kursi kosong di sebelah saya. Dengan agak
kesal, saya membuka mata dan berniat untuk menegurnya. Pandangan saya
terpaku pada sesosok wajah cantik menarik, dengan matanya yang walaupun
terlihat mengantuk, tetap bening dan indah. Seulas senyum terlihat di
bibir mungil yang merah, yang kemudian berkata perlahan
“Maafkan saya pak, karena telah mengganggu tidur Bapak”
Sambil tetap memandang dan mengagumi kecantikannya, saya berkata “Ah, tidak apa-apa. Saya belum tidur koq”
Kami bersalaman, lalu kudengar ia menyebutkan namanya, “Maya…”
Hilang
sudah kantuk saya. Terlebih lagi setelah saya tahu bahwa Maya adalah
sosok wanita yang menyenangkan sebagai teman ngobrol. Ia bercerita
tentang suka dukanya sebagai pramugari udara. Tangan dan jarinya yang
lentik seakan menari-nari di udara, mengekspresikan ceritanya. Sesekali
ia menyentuh tangan saya, dan tidak sungkan untuk mencubit bila saya
ganggu. BANDARQ
Diam-diam
saya pandangi dan perhatikan seluruh bagian tubuhnya. Tingginya saya
perkirakan sekitar 160 cm, langsing dan sangat proporsional. Maya
memiliki tungkai kaki yang indah sempurna. Kulitnya yang putih kontras
sekali dengan seragam warna birunya. Payudaranya tidak terlalu besar,
tetapi terlihat kencang menantang. Membayangkan dirinya telentang
telanjang di tempat tidur, membuat kemaluan saya bangkit, membesar dan
keras. Pikiran kotor saya melayang jauh.
Kebersamaan kami
terganggu oleh suara Kapten Pilot yang memberitahukan bahwa pesawat akan
mendarat di Biak, untuk mengisi bahan bakar dan pergantian awak kabin.
Setelah bersalaman dan sedikit basa basi, Maya menghilang di balik
tirai. Saya melanjutkan istirahat saya, sampai kemudian dibangunkan oleh
pramugari udara lain, yang menawarkan sarapan pagi.
Hari-hari
selanjutnya di ibukota propinsi paling timur Indonesia itu, disibukkan
oleh tugas saya sebagai Petugas Sosialisasi salah satu program
pemerintah. Sebagai “Utusan Pusat”, saya sering diperlakukan seakan tamu
agung, yang perlu dihibur dan dipenuhi segala kebutuhannya. Saya
ditempatkan di hotel yang merupakan hotel terbaik di kota itu. Beberapa
tawaran untuk menyediakan “teman tidur” saya tolak secara halus. Saya
takut tertular penyakit.
Waktu luang di luar tugas saya habiskan
dengan berjalan kaki keliling kota. Suatu kebiasaan yang selalu saya
lakukan dalam setiap perjalanan, untuk lebih mengenal daerah baru. Kota
Jayapura berada langsung di tepi laut berair tenang. Pada malam hari, di
sepanjang tepi pantai dapat ditemui warung-warung yang menjual masakan
laut, yang langsung digoreng atau dibakar di tempat. Nikmat sekali.
Disanalah biasanya saya menghabiskan malam. Di sana pula pada suatu
malam, saya kembali bertemu dengan Maya yang sedang tidak bertugas,
bersama dengan 2 teman seprofesi.
Maya langsung menawarkan untuk
bergabung, begitu melihat saya datang. Sungguh menyenangkan berada di
antara 3 gadis cantik, walau dapat saya pastikan bahwa kantong saya akan
terkuras untuk mentraktir mereka semua. Panggilan “Bapak” sewaktu di
pesawat, berubah menjadi “Mas” hingga membuat malam itu semakin akrab
dan hangat. Dari pembicaraan, saya tahu bahwa mereka bertiga menginap di
hotel yang sama dengan saya.
Selesai makan, kami berpisah. Di
luar dugaan, Maya ingin ikut dengan saya menikmati malam sambil berjalan
kaki. Satu permintaan yang sangat sulit ditolak. Kami pun berjalan
perlahan sambil saling bertukar cerita dan bercanda. Angin pantai
membuat Maya kedinginan. Saya lepas jaket saya, lalu saya pasangkan di
bahunya. Saya beranikan diri merangkul bahunya, memberikan kehangatan
tambahan pada tubuhnya yang hanya dilapisi oleh T-Shirt tipis berwarna
merah. Maya tidak menghindar atau berusaha menolak, malah balas
merangkul pinggang saya.DOMINOQQ
Saya
heran dengan gadis-gadis jaman sekarang. Semakin mudah untuk menjadi
sangat akrab, dan menganggap bahwa hubungan antara wanita dan pria
adalah biasa saja. Tidak ada lagi malu-malu atau sungkan, walaupun masa
perkenalan yang relatif singkat. Kami berjalan bagaikan dua kekasih yang
sedang bermesraan. Tangan saya tersapu oleh ujung rambutnya, dan
sesekali saya rasakan kepalanya menyandar di bahu saya.
Birahi
saya terpicu, otak kotor saya berpikir keras mencari akal untuk
membawanya ketempat tidur di kamar hotel saya. Kelamin saya mengembang
keras, membuat saya merasa tidak nyaman karena terjepit oleh ketatnya
celana jeans yang saya kenakan. Mulut kami berdua diam seribu bahasa,
memberi kesempatan untuk menikmati sentuhan kebersamaan dalam
keheningan.
Langkah demi langkah membawa kami memasuki lobby
hotel. Saya ajak Maya ke Coffee Shop, untuk menikmati secangkir minuman
hangat sambil menikmati live music. Saya memilih tempat agak di pojok,
agar tidak terlalu menarik perhatian orang. Saya perhatikan sekeliling,
beberapa pasangan asik berpelukan, sedangkan beberapa gadis
berpenampilan seronok duduk sendirian. Inilah mungkin yang disebutkan
oleh kawan-kawan saya sebagai “Ayam Menado”, sebelum saya berangkat
beberapa hari lalu.
Tangan saya tetap memeluknya, sementara Maya
menyandarkan kepalanya di dada saya. Kurasakan kakinya bergoyang
perlahan mengikuti irama musik. Wangi rambutnya membuat saya ingin
mencium kepalanya. Tapi, apakah ia akan marah? Apakah ia akan
tersinggung? Sejuta pertanyaan dan kekhawatiran muncul dalam pikiran
saya. Sementara di sisi lain, otaksaya masih terus berputar mencari akal
untuk membawanya ke kamar saya malam ini. Jantung saya berdebar keras,
sementara kelamin saya semakin besar dan keras. Musik dan suasana
romantis tempat itu tidak lagi menarik untuk saya. Bagaimana dan
bagaimana… pertanyaan itu yang terus menerus muncul.
Perlahan saya cium ubun-ubun kepalanya, sambil berkata, “Maya, sudah malam nih, kita bobo yuk”
Ia
hanya mengangguk sambil berdiri. Setelah menyelesaikan pembayaran, kami
berjalan menuju lift. Tangan saya masih merangkul bahunya, walaupun ia
tidak lagi memeluk pinggang saya. Saya tekan tombol angka 3, untuk
menuju lantai dimana kamar saya berada. Saya sengaja tidak bertanya di
lantai berapa ia tinggal, dan iapun diam saja. Maya juga tidak berusaha
untuk menekan tombol lain. Dalam hati saya bertanya-tanya, jangan-jangan
kamarnya satu lantai dengan kamar saya.
Sambil menyender ke
dinding lift, sayatarik ia dan saya sandarkan dia membelakangi saya.
Saya peluk ia dari belakang, sambil sesekali saya cium rambut kepalanya.
Jantung saya berdetak semakin cepat, sementara kelamin saya semakin
sakit terhimpit celana jeans saya yang cukup ketat. Mudah-mudahan
pantatnya yang tepat menempel ke kelaminsaya tidak merasakan ada sesuatu
yang mengganjal. Pikiran saya masih bertanya-tanya, mau…? tidak…? mau…?
tidak…? sampai kemudian pintu lift terbuka.
Sambil terus berada
dalam pelukan saya, saya bimbing dia menuju kamar saya. Tidak ada
perlawanan atau penolakan saya rasakan. Setan yang berada dalam pikiran
saya menjerit senang. Malam ini akan terjadi pergumulan birahi yang
panas. Dalam hati saya berniat untuk memberikan kepuasan yang tidak
terbendung padanya, seperti yang biasa saya berikan dalam
petualangan-petualangan asmara saya, termasuk pada istri saya tercinta. POKERONLINE
Begitu
pintu terkunci, sambil tetap berdiri saya peluk dan saya cium bibirnya
dengan lembut walaupun penuh nafsu. Maya membalasnya dengan tidak kalah
ganasnya. Lidah kami bertemu, saling berpagutan dan berkaitan. Saya
telusuri langit-langit mulutnya dengan lidah saya yang cukup panjang,
kasar dan hangat. Maya merintih lirih,
“Aaaccchhh…”
Cerita
Sex – Tangan kanan saya perlahan mengusap dan menelusuri punggungnya
yang masih terbalut T-Shirt, sementara jaket saya sudah lama terlempar
jatuh. Dari leher, perlahan turun ke bawah, ke arah pinggang mencari
ujung kaos, lalu kembali ke atas melalui sisi bagian dalam. Saya rasakan
kulit punggungnya sangat halus dan mulus. “Klik”, tangan saya yang
sudah sangat terlatih berhasil melepas pengait BH-nya dengan sangat
hati-hati. Dengan kedua tangan, perlahan saya tarik kaos itu ke atas
sampai terlepas.
Dengan perlahan dan hati-hati, kedua tangan saya
segera bergerilya menelusuri kedua bahunya, pangkal lengannya, pindah
ke pinggang, perut, perlahan ke atas menuju payudaranya. Sementara itu,
kedua tangannya telah berhasil membuka Polo Shirt yang saya kenakan.
Tangan saya sudah hampir sampai ke payudaranya, ketika tiba-tiba ia
mendorongsaya perlahan.
“Maaf mas, Maya pipis dulu ya” katanya sambil berjalan membelakangi saya menuju kamar mandi.
Saya
perhatikan kulit punggungnya yang putih dan mulus, nyaris tanpa cacat.
Pinggul rampingnya yang masih terbalut celana jeans, terlihat semakin
indah dan merangsang. Tidak sabar rasanya untuk segera melumat tubuhnya,
membawanya mengawang tinggi menuju tingkat kenikmatan yang tidak
terkira.
Sementara menunggu, saya tersadar bahwa saya belum
membersihkan diri. Kebiasaan yang selalu sayalakukan sebelum bercinta
dengan wanita manapun. Saya selalu menjaga kebersihan, dan berusaha
untuk menggunakan wangi-wangian beraroma lembut, yang saya yakini dapat
meningkatkan gairah wanita. Dari kamar mandi terdengar gemericik air,
yang menandakan Maya juga sedang membersihkan dirinya.
Ternyata
Maya termasuk tipe wanita yang saya sukai, selalu membersihkan diri
sebelum bercinta. Walau dalam keadaan birahi tinggi, saya tetap merasa
terganggu dengan bebauan yang kurang sedap, dari kelamin wanita yang
tidak bersih. Saya buka dompe tsaya, lalu saya ambil karet pengaman merk
terkenal yang selalu saya bawa kemanapun saya pergi. Saya sisipkan ke
bawah bantal tempat tidur, agar mudah mengambilnya pada saat dibutuhkan
nanti…
Maya keluar dari kamar mandi dengan tubuh yang hanya
terbalut handuk. Rupanya dia benar-benar mau dan bersedia bercinta
dengansaya.
“Sebentar sayang, sekarang giliranku untuk
membersihkan diri” kata saya sambil mencium keningnya lalu berjalan
menuju kamar mandi.
Sayup-sayup saya dengar suara TV yang baru
dihidupkan olehnya. Setelah menggosok gigi dan berkumur dengan larutan
antiseptik, saya bersihkan kemaluan saya dan sekitarnya dengan sabun.
Siraman air dingin tidak mampu mengurangi kekerasannya. Kemaluan saya
tetap mengacung gagah, besar dan berurat.
Maya sedang duduk di
pinggir tempat tidur, saat saya keluar dari kamar mandi, juga dengan
hanya terbalut handuk. Saya hampiri dirinya, ia berdiri lalu kami
berciuman. Dari mulutnya tercium aroma obat kumur antiseptik milik saya,
membuat saya semakin terangsang. Tangannya membuka belitan handuk di
pinggang saya, membuat kemaluan saya terbebas lepas, mengacung besar dan
keras.
Perlahan
tangannya menyentuh pusar saya, perut saya, lalu perlahan turun ke
bawah. Maya mengusap-usap rambut kemaluan saya yang cukup lebat, sebelum
kemudian mengelus dan menggenggam lembut batang kebanggaan saya itu.
Jemari tangannya yang halus, menimbulkan rasa nikmat yang amat sangat.
Tanpa sayasadari, sayapun merintih perlahan,
“Aaaccchhhh…”
Saya
lepas handuk yang melilit tubuhnya, kemudian perlahan tapi pasti kedua
tangan saya merambat perlahan menuju kedua bukit kembarnya yang halus
dan putih. Setelah saya telusuri inci demi inci, saya remas lembut, dan
saya jepit puting susunya dengan jari, lalu saya pelintir sambil
sesekali saya tarik. Saya buka mata saya, menikmati parasnya yang
cantik. Matanya tertutup sementara bibirnya terbuka sedikit, sungguh
seksi dan merangsang.
Maya melepas ciumannya, kemudian perlahan DOMINOQQ menciumi
tubuh saya. Dari dagu, leher terus ke dada saya, kemudian mengulum dan
menggigit perlahan puting kecil di dada saya. Saya hanya mampu
mendongak, menikmati sensasi yang tidak terkira. Dengan lidahnya yang
hangat, ditelusurinya tubuh saya perlahan turun ke arah perut, menciumi
pusar, lalu terus turun. Tidak sabar saya membayangkan kenikmatan apa
yang akan saya terima selanjutnya. Perlahan, diciumnya kepala kemaluan
saya yang memerah, kemudian dimasukkannya ke mulutnya, sampai menyentuh
tenggorokannya. Bukan main nikmatnya.
“Uuuhhhh…hhhhh… aaaaccchhhh…hhhhh…” Saya cuma sanggup merintih nikmat.
Perasaan
nikmat dan mendesak kuat ingin keluar, saya tahan sebisanya. Saya
hampir mencapai titik kenikmatan tertinggi, dan itu tidak boleh terjadi
secepat ini. Harus saya hentikan!! Saya pegang kepalanya, kemudian saya
tarik tubuhnya perlahan.
“Adddduuuhhh, nikmat sekali Maya, nikmat sekali…” kata saya sambil kemudian mencium bibirnya.
Lidah
kami berkait dan bertaut dengan ganas, membuat nafasnya semakin
memburu. Sambil tetap berciuman, saya bimbing ia menuju tempat tidur.
Saya rebahkan tubuhnya, lalu saya tindih ia dengan tubuh saya. Saya
lepaskan ciuman saya dari bibirnya. Saya cium keningnya, kedua matanya,
pipinya, dagunya, dan kedua telinganya bergantian. Nafasnya semakin
memburu, sementara jari-jari kedua tangannya meremas rambut saya.
Dengan
lidah, saya mulai penelusuran tubuhnya melalui leher. Perlahan turun,
menuju belahan dadanya, kemudian naik ke puncak bukit indah miliknya.
Saya kitari puting susunya, sebelum saya kulum dan saya hisap dengan
mulut saya. Sementara itu, tangan kanan saya yang bebas meremas dan
mempermainkan puting susu sebelahnya. Maya meracau tidak jelas,
sementara kuku jarinya mulai menghunjam kulit kepala saya.
“Adddduuuuhhhh Maassss… Aaaaccchh… yhhaaaaa…hhhhh…”
Puas
bermain di payudaranya, saya lanjutkan penelusuran semakin ke bawah,
menuju kemaluannya. Saya memposisikan tubuh saya di antara kedua kakinya
yang terbuka. Kemaluannya terlihat basah dan lembab. Bulu-bulu halus
yang tidak terlalu lebat, tertata rapi dan hitam, kontras sekali dengan
warna kulitnya yang putih mulus.
Dengan jari tengah, saya usap
dan saya mainkan klitorisnya. Pinggangnya terangkat, membuat tubuhnya
melengkung. Perlahan, saya ciumi kemaluannya yang wangi, saya julurkan
lidah saya, lalu saya mainkan klitorisnya. Saya sempat melihat kepala
Maya yang terlempar ke kiri dan ke kanan menahan nikmat. Jari jemarinya
semakin ganas meremas kepala saya.
“Aaaawwwww… Aaaaccchhh…
yhaaaaa… yhaaa… yhaaa… aaaccchhh…hhhh… aaadddduuuhhhh… tttterrrussss…
terus!! ach… ach… ach… Aaaaaaaaahhh…”
Kedua pahanya menjepit kuat kepala saya, kemudian tergeletak lemas. Saya tahu Maya telah mencapai puncak kenikmatannya.
“Itu baru yang pertama sayang, rasakan dan nikmati yang selanjutnya” kata saya dalam hati.
Tidak
berlama-lama, dengan perlahan dan sangat hati-hati, saya masukkan jari
tengah tangan kanan saya ke dalam rongga kewanitaannya. Tidak ada yang
menghalangi, menandakan Maya sudah tidak perawan lagi. Tidak mengapa,
malah lebih baik pikir saya. Saya jadi tidak memperpanjang dosa saya
memerawani anak orang lagi.
Saya sentuh seluruh dinding rongga
yang halus dan hangat itu dengan ujung jari saya. Kadang saya tekan
sedikit keras, membuat nafsu birahinya kembali bangkit. Dengan posisi
telapak tangan mengarah ke atas, saya tekuk jarisaya menyentuh dinding
rongga bagian atas. Saya lanjutkan penekanan di beberapa tempat, sambil
saya perhatikan reaksi tubuhnya.
“Awww, aduh, Mas, maaf… rasanya ingin pipis lagi…” katanya tiba-tiba.
“Sayang, tahan dan bernafaslah dengan teratur. Aku akan memberimu kenikmatan yang lain. Relax saja dan nikmati…”
Saya
tekan-tekan jari saya berulang-ulang pada titik tersebut hingga
menyerupai getaran. Kepalanya kembali terlempar kekiri dan kekanan.
Matanya terbelalak ke atas, hinggga hampir tidak terlihat bagian
hitamnya. Tangannya telentang pasrah, masih lelah dan lemas.
“Aaaacchhh… Aaaaccchhhh… Aaaaccchhh…” erangannya semakin keras.
Perlahan
saya posisikan kepaa lsaya di depan kewanitaannya, saya julurkan lidah
saya, kemudian saya elus, saya mainkan dan saya pelintir sambil sesekali
saya mainkan klitorisnya. Maya teriak tidak tertahankan,
“Aaaaaacccchhhh… Yyyhhhaaaa… Yyyhhhaaaa… Ampuuuunnnnn… Aaaaccchhhhh…”
Tangannya
kembali buas meremas kepala saya, sementara kedua pahanya kembali
menjepit kepala saya dengan kuat. Punggungnya terangkat tinggi membuat
tubuhnya melengkung. Saya lanjutkan penekanan pada titik bagian atas
rongga kewanitaannya, sambil lidah saya terus mengelus, memelintir dan
mempermainkan klitorisnya. Tiba-tiba Maya terduduk, dengan kasar
ditariknya kepala saya yang sedang asik bermain di kewanitaannya, lalu
digigitnya bibir saya. Sakitnya cukup lumayan, tetapi saya biarkan saja.
Saya tahu ia hampir mencapai puncak kenikmatannya yang kedua. Dengan
mengerang keras, BANDARQ
“Aaaaaaccchhhhhhhh…”
Tubuhnya
mengejang lalu terlempar keras ke belakang, ke atas kasur tempat tidur.
Rongga kewanitaannya terasa mendenyut-denyut, menjepit erat jari tengah
saya yang masih berada di dalam. Tidak lama saya lihat tubuhnya mulai
melemas. Telentang pasrah telanjang di atas tempat tidur.
Saya
berdiri menuju meja, menuangkan air putih dingin ke dalam gelas. Saya
teguk, kemudian saya berikan padanya setelah kembali saya isi penuh.
Sambil menatap saya, saya lihat matanya menyiratkan kepuasan yang amat
sangat, walaupun lelah. Saya paling senang melihat wajah wanita pasca
orgasme, terlihat semakin cantik.
Belum sempat gelas itu saya
letakkan, masih dalam keadaan berdiri di sisi tempat tidur, Maya
menarik, mengelus kemudian mengulum batang kemaluan saya dengan rakus,
membuatnya kembali membesar dan keras. Dengan lidahnya, dijilatinya
bagian bawah batang saya itu, menimbulkan kenikmatan yang amat sangat.
Setelah saya meletakkan gelas, saya dorong lalu saya tindih tubuhnya.
Mulut kami kembali berciuman, sementara satu tangannya memainkan batang
kemaluan saya.
Tidak tahan dengan perlakuannya, tangan saya masuk
ke bawah bantal, mencari-cari karet pengaman yang sudah saya siapkan
tadi. Saya robek bungkusnya, lalu saya berikan padanya. Di luar dugaan,
dibuangnya benda itu, sambil berbisik ke telingsaya ,
“Mas, saya baru selesai Mens dua hari lalu, jadi amaaannn…”
Bukan
main, gadis saya ini betul-betul tau apa yang terbaik. Saya bimbing
kemaluan saya dengan tangan, saya gosok-gosokkan, kemudian secara
perlahan saya turunkan pinggul saya, menusukkan batang yang besar, keras
dan padat itu ke dalam rongga kewanitaannya yang lembut dan hangat.
Kuku jemarinya menancap keras di punggung saya, dan saya dengar
rintihannya,
“Hhhhkkkkk…hhhhh… Aaacchhh…hhhh…”
Saya lihat
alis matanya mengkerut sementara kedua matanya tertutup rapat. Saya rasa
ia agak kesakitan dimasuki oleh batang yang begitu besar, panjang dan
sekeras batu. Perlahan tapi pasti, inci demi inci batang itu menguak
masuk. Saya merasa sudah menyentuh dasarnya pada saat batan gsaya belum
masuk seluruhnya. Maya merintih,
“Adddduuuuhhhh…”
Tapi
saya tidak peduli. Perlahan dan hati-hati saya tekan dan saya tekan
terus sampai masuk seluruhnya. Saya diamkan beberapa saat hingga Maya
terbiasa, sebelum saya pompa keluar masuk. Kedua tangan saya menopang
tubuh saya agar tidak menindihnya terlalu keras, sementara pinggul saya
giat bergerak maju mundur berulang-ulang. Maya merintih semakin keras,
“Accchhhh… yhhaaa… yhaaa… yhaaa…hhhhh… Awwwww…hhhkkkk…”
Tubuhnya
bergoyang ke atas ke bawah, terdorong oleh tusukkan dan goyangan
pinggul saya. Rambutnya berantakan tergerai di atas bantal, sementara
matanya tertutup rapat. Mukanya sudah terlihat santai, tanda ia sudah
dapat menikmatinya. Sesekali saya cium bibirnya yang terbuka sedikit,
memperlihatkan giginya yang putih tersusun rapi, sungguh menggairahkan.
Butir-butir keringat mulai bercucuran di tubuh saya, juga di tubuhnya.
Di belahan dada diantara kedua payudaranya yang bergoyang, saya lihat
titik-titik keringat bermunculan. Sungguh pemandangan yang seksi dan
menggairahkan.
Entah berapa lama dalam posisi itu, tiba-tiba saya
ingin mencoba posisi yang lain. Saya tarik kedua kakinya dan saya
letakkan di pundak saya. Maya protes,
“Addduhhh Maassss, saakkiiittt…”
Tidak
terlalu saya pedulikan, saya pompa terus keluar masuk, berputar, maju
mundur, mulanya perlahan lalu semakin cepat. Maya merintih menahan
nikmat
“Aaaachhhh…. Yhaaa… Yhaaa… Ttttteeerruuusssss… tterusss… ach… ach… ach… ach… AAAAACCCHHHHH…”
Saya
rasakan denyutan berulang-ulang dari rongga kewanitaannya. Maya sudah
sampai ke puncak kenikmatan. Saya berkonsentrasi merasakan sensasi
kenikmatan yang ditimbulkan oleh gesekan batang kemaluansaya dengan
rongga kewanitaannya, saya pompa semakin cepat… semakin cepat… semakin
cepat… dan dengan disertai erangan panjang,
“Aaaaacccchhhhhh…” DOMINOQQ
Saya
tusukkan kemaluan saya sedalam-dalamnya, kemudian saya semprotkan
cairan kenikmatan sebanyak-banyaknya. Saya pun ambruk menimpa tubuhnya.
Maya memeluk saya dengan erat. Sambil saya cium pipinya, saya berkata
“Terima Kasih sayang, kamu hebat sekali…”
Maya membuka matanya, mencium bibir saya lama, dan balas berkata,
“Sama-sama Mas… enak sekali Mas… ampuuunnn, nikmat sekaliii, tapi capek. Maya nggak kuat lagi…”
malam itu kami tidur berpelukan sampai pagi. Kami melakukannya lagi di
kamar mandi, walau tidak seganas malam sebelumnya. Maya harus segera
berangkat menunaikan tugasnya sebagai pramugari udara, sementara saya
masih harus bertugas menjelaskan program pemerintah yang saya
sosialisasikan. Kami berpisah, dan berjanji untuk ketemu lagi, entah
kapan…
Kamis, 03 Mei 2018
Cerita Bokep Maya Pramugari Seksi Yang Menyenangkan
Tags
# CERITA DEWASA
About NIVANTIBRAWIJAYA
CERITA DEWASA
Label:
CERITA DEWASA
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Author Details
Templatesyard is a blogger resources site is a provider of high quality blogger template with premium looking layout and robust design. The main mission of templatesyard is to provide the best quality blogger templates which are professionally designed and perfectlly seo optimized to deliver best result for your blog.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar